Kelebihan Dan Kekurangan Sony Xperia Z3+ Dual

Selama ini, kita mengenal Sony sebagai jaminan mutu. Siapa yang meragukan kualitas produk mereka? Salah satu perusahaan elektronik terbesar di dunia ini memiliki banyak karya legendaris, dari kamera, televisi sampai ponsel pintar. Siapakah yang memulai revolusi pemutar musik portabel kalau bukan Sony, sebelum akhirnya digantikan Apple?

Tetapi, kadang-kadang hal buruk memang terjadi. Sony mengalaminya di ponsel pintar terbaru andalan mereka, Xperia Z3+ Dual, yang dihargai Rp9,5 juta di Indonesia. Masalah panas berlebihan di Xperia Z3+ Dual sangat kita sayangkan. Apa pun dalih yang mereka katakan, termasuk janji pembenahan melalui pembaruan perangkat lunak, ponsel ini tetaplah bencana. Ia seharusnya ditarik saja dari peredaran.

Saya sudah mengikuti perkembangan dan mengulas seri Xperia Z sejak generasi perdana, termasuk beberapa seri Compact. Kesimpulannya, tak pernah ada yang seburuk Z3+ Dual dalam hal managemen panas. Agar permasalahannya lebih jelas, berikut ulasan kami selengkapnya.
 

Desain

Secara garis besar, desain Sony Xperia Z3+ Dual tak berbeda dengan pendahulunya: kotak dan cenderung kaku, tapi terlihat kokoh. Namun, detail di bagian sudutnya sedikit berbeda. Demikian juga dengan port micro-USB dan jack audio 3,5mm yang kini terbuka tanpa penutup. Meski demikian, ia tetap kedap air.



Sony juga masih mempertahankan ukuran layarnya sebesar 5,2 inci beresolusi full-HD (1920x1080). Walau tampilan warnanya tak se-vivid LG G4, Xperia Z3+ Dual masih enak dilihat karena cerah baik di dalam maupun luar ruangan.

Anda juga masih akan menemukan tombol Power, Volume dan tombol khusus kamera di bagian kanan. Tombol khusus kamera ini sangat berguna ketika Anda memotret pada mode landscape di darat atau di dalam air.

Mirip seperti shutter pada kamera tradisional, kita bisa “menekan separuh” tombol khusus tersebut untuk memfokuskan kamera, lalu “menekannya secara penuh” untuk menjepret.



Kelemahannya, kita bisa dengan mudah mengaktifkan kamera secara tak sengaja. Hal itu kerap terjadi selama saya mengujinya dalam 2 pekan belakangan; lampu flashnya bahkan beberapa kali menyala sendiri di dalam kantong; pada saat hal ini terjadi, aplikasi kamera akan error ketika dibuka. Untuk mematikannya, perangkat harus di-restart.

Sony Xperia Z3+ Dual masih mempertahankan dua speaker pada bagian depan, tepatnya di atas dan di bawah. Kualitas suaranya cukup memuaskan, terutama ketika digunakan untuk bermain game balapan atau perang.
 

Software & Antarmuka

Tak ada yang salah dengan antarmuka Sony; simpel dan berjalan lancar di perangkatnya. Tetapi kita sudah melihat desain yang nyaris tak berubah, setidaknya sejak tiga tahun belakangan.

Konsumen produk apa pun cenderung cepat bosan. Itu sebabnya di otomotif kita kenal fase “facelift” sebelum ke “all new”. Apple sudah melakukannya sejak memperkenalkan iOS 7, sedangkan Google memulai dengan Material Design di Android 5.0 Lollipop. Demikian juga Samsung, menyingkirkan semua bloatware di Galaxy S6. Memang, perubahan yang dihadirkan semua vendor itu tak selalu terlihat dramatis, tetapi minimal pengguna bisa melihat perbedaannya. Sayangnya, Sony terlihat tak melakukan apa pun. Desainnya masih begitu-begitu juga.

Anda dapat mengganti wallpaper dengan tema pre-installed atau membelinya dari PlayStore. Namun, pilihan yang tersedia tidak cukup banyak. Untuk ponsel seharga Rp9,5 juta, rasanya Sony terlalu pelit menyediakan pilihan tema, berbeda jauh dengan Samsung Galaxy S6.

Seperti pendahulunya, Xperia Z3+ Dual masih dilengkapi beberapa aplikasi standar Sony, termasuk PlayStation. Dengan aplikasi ini, Anda dapat menjadikan Xperia sebagai layar kedua untuk bermain game.
 

Kamera dan Video

Sony mendominasi pasar sensor kamera ponsel di dunia. Sensor mereka digunakan hampir semua pabrikan, termasuk Samsung Galaxy S6. Mereka juga punya divisi sendiri yang memproduksi kamera.

Dengan bekal itu, hampir mustahil kamera ponsel unggulan mereka jelek. Hal ini terbukti ketika DxOMark melakukan pengujian, seri Xperia Z selalu memperoleh nilai tertinggi. DxOMark mengukur exposure dan contrast, warna, autofocus, tekstur, noise, artifacts dan stabilization.

Spesifikasi kamera utama Sony Xperia Z3+ Dual masih sama dengan pendahulunya, 20,7MP dengan ISO hingga 3200 dan aperture f2.0. Aperture itu masih kalah dibanding LG G4 yang mencapai f1.8. Artinya, performanya ketika memotret dalam keadaan low-light masih kalah dari LG G4, setidaknya secara teori. Meski demikian, hasilnya masih cukup lumayan bagus, seperti di bawah ini.





ISO dan HDR Xperia Z3+ Dual dapat Anda atur secara manual ketika memilih mode Manual. Namun, keduanya hanya bisa diatur manual ketika resolusi foto tak lebih dari 8MP. Jika Anda memilih resolusi 15MP atau 20MP, ISO akan otomatis, sedangkan HDR terkunci di posisi Off. Sementara itu, kamera depannya menggunakan resolusi 5MP. Jika digunakan untuk selfie, ia akan secara otomatis memperhalus wajah Anda.





Berdasarkan pengalaman penggunaan, kecepatan autofocus dan pemrosesan HDR Samsung S6 Edge jauh lebih baik dibanding Xperia Z3+ Dual. Kelemahan autofocusnya kian terasa manakala kita memotret dari jarak sangat dekat atau makro.

Demikian juga proses warna saat kita memotret di dalam ruangan, seperti mall. Warna yang ditampilkan Xperia Z3+ Dual terlihat lebih buram dari aslinya. Mode manualnya juga lebih rumit dibandingkan Galaxy S6 Edge.

Pengalaman ini dikuatkan temuan DxOMark yang memberi poin 82 untuk Xperia Z3+ Dual. Ia berada di posisi ketiga, di bawah Galaxy S6 Edge (86) dan Galaxy Note 4 (83). Menurut DxOMark, salah satu kelemahan kamera utama Xperia Z3+ Dual saat digunakan untuk memotret adalah perbedaan ketajaman antara bagian tengah dan sudut objek yang difoto. Sementara ketika digunakan untuk merekam video, autofocusnya terasa lambat.

Sayangnya, semua kelebihan itu seperti sirna karena kamera adalah aplikasi utama yang membuat suhu Xperia Z3+ Dual naik secara cepat dan berlebihan. Untuk mengatasinya, Xperia Z3+ Dual akan otomatis menutup aplikasi kamera.


Hal ini sangat mengganggu, terutama jika kita sedang mengabadikan momen penting, baik bersama keluarga atau terkait pekerjaan. Performa kamera jauh lebih merepotkan manakala kita memotret siang hari, tepat di bawah sinar matahari. Kita hanya bisa memotret sekitar beberapa menit karena suhu perangkat akan naik lebih cepat lagi.



Problem panas di seri Xperia Z bukanlah hal baru. Kita sudah menemukannya sejak Xperia Z2. Bedanya, panas berlebih di Xperia Z2 hanya terasa ketika Anda merekam video beresolusi 4K, sesuatu yang masih jarang sekali dilakukan pengguna awam. Sementara di Xperia Z3, panas berlebih hanya timbul ketika Anda asyik bermain dengan AR Effects.



Di Xperia Z3+ Dual, panas berlebih tetap muncul, sekalipun Anda hanya memotret atau merekam video dengan pengaturan default. Berdasarkan pengujian saya, merekam video beresolusi Full HD di dalam ruangan berpendingin hanya bisa berlangsung 18:52 menit sebelum kamera menutup sendiri karena panas.

Sementara jika Anda merekam video bersolusi 4K, Sony Xperia Z3+ Dual hanya mampu bertahan 02:33 menit. Saat membawa ponsel ini untuk berlibur Lebaran lalu, saya berulang kali harus mengguyurnya dengan air agar bisa digunakan memotret pada siang hari.



Kita sudah tahu, biang keladi utama masalah ini adalah penggunaan prosesor Qualcomm Snapdragon 810. Karena masalah ini pula, Samsung membatalkan penggunaannya di lini Galaxy S6. Keputusan itu sangat tepat dan menyelamatkan mereka dari bencana.

Selain Sony, vendor lain yang juga terkena getah Snapdragon 810 adalah HTC One M9. Sony sebenarnya sudah berupaya mengatasi masalah ini melalui pembaruan perangkat lunak. Namun, hal itu tak sepenuhnya berhasil sebab mereka melakukannya dengan menurunkan kecepatan prosesor. Penurunan kecepatan prosesor ke posisi lebih rendah lagi tentu ada batasnya karena memengaruhi performa perangkat secara keseluruhan.

Masalah panas, tentu saja, tak akan muncul ketika Anda menggunakan Xperia Z3+ Dual untuk memotret di kolam renang. Selama pengujian, saya membawa ponsel ini berenang dua kali dan menggunakannya untuk memotret di permukaan maupun saat menyelam lebih dalam.





Tombol shutter sangat berguna ketika memotret di dalam air. Jangan lupa, sebelum menggunakannya, Anda harus menonaktifkan layar sentuh dengan aplikasi mini TouchBlock.
 

Performa & Baterai

Di luar masalah panas berlebihan ketika mengaktifkan kamera, tak ada masalah krusial menyangkut performa dan daya tahan baterai Sony Xperia Z3+ Dual. Ponsel ini bahkan tergolong unggul karena termasuk salah satu ponsel kelas high-end yang menyediakan dua slot kartu SIM yang dapat mengakses jaringan 4G LTE. Daya tahan baterainya juga cukup mumpuni.

Saat diukur dengan 3DMark, performa Xperia Z3+ Dual tergolong tinggi. Namun, skor yang diperolehnya akan otomatis turun ketika Anda mengujinya dalam keadaan panas.





Untuk melihat performanya, saya menggunakan Xperia Z3+ Dual untuk bermain game Asphalt 8: Airbourne dan Vainglory selama satu sampai dua jam. Keduanya bisa dimainkan dengan sangat lancar tanpa pernah crash. Berikut performanya ketika diukur dengan aplikasi Gamebench.


 

Kesimpulan

Untuk sebuah ponsel kelas atas, kelebihan panas pada Sony Xperia Z3+ Dual tak bisa ditoleransi. Konsumen yang mengeluarkan Rp9,5 juta harus mendapatkan ponsel yang dapat diandalkan, tanpa syarat. Kami tak merekomendasikan Anda membeli ponsel ini.

Kelebihan :
  • Kedap air dan debu
  • Performa bagus
  • Desain ergonomis
Kekurangan :
  • Panas berlebihan
  • Kamera sering mati otomatis
  • Autofocus kamera dan video lambat

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kelebihan Dan Kekurangan Sony Xperia Z3+ Dual"

Posting Komentar